You and Me Never Walk Alone

Friday, May 1, 2015

1.000 Dokter Minta Dr. Oz Mundur dari Jabatannya

Dr. Mehmet Oz
Setidaknya ada 1.000 dokter di Amerika Serikat mengatakan bahwa Dr. Mehmet Oz lebih baik mundur dari jabatan akademiknya di Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat. Demikian menurut hasil polling terbaru.

Belum lama ini, 10 dokter mengirim sebuah surat panggilan untuk Oz, pembawa acara program TV populer "The Dr. Oz Show", untuk dicopot dari posisi akademiknya sebagai ahli bedah kardiotoraks di Universitas Columbia.

Para dokter mengatakan bahwa Oz telah mempromosikan berbagai produk dan mengklaimnya tanpa adanya dukungan bukti medis.

Lebih dari 1.300 dokter yang menanggapi jajak pendapat yang diselenggarakan SERMO, jaringan sosial untuk dokter, pada 24 April. Sebanyak 735 dokter (57 persen) menyatakan Oz harus mundur dari jabatannya di Columbia. Lima puluh dokter (4 persen) mengatakan bahwa lisensi medisnya harus dicabut.

Sementara itu, 280 dokter lainnya (28 persen) menyatakan Oz harus mundur dari jabatannya dan ditarik lisensi medisnya. Sebagai tambahan, 18 persen dari mereka mengatakan Oz tidak harus melakukan apa-apa, karena mereka menghormatinya sebagai dokter.

SERMO memiliki lebih dari 300.000 anggota dari Amerika Serikat. Jajak pendapat ini masih berlangsung, jadi belum ada margin error yang terhitung sampai saat ini.

Dalam surat yang dikirim kepada Columbia University, dokter dari berbagai negara bagian AS mengkritisi Oz karena 'penghinaan terhadap ilmu pengetahuan' dan tentangan tak berdasarnya terhadap makanan yang dibuat dari organisme hasil rekayasa genetika (GMO).

"Yang paling buruk, ia menampilkan integritas yang mengerikan dengan mempromosikan perawatan dukun dan obat untuk kepentingan pribadinya," tulis mereka.

Oz merespon kritik terhadapnya pada sebuah episode dalam program TV-nya dan menyebut tindakan mereka merupakan serangan bagi kebebasan berpendapat dan berbicaranya.

"Saya bersumpah pada Anda di sini dan sekarang, kami tidak akan bungkam," ucap Oz.

Oz menuturkan bahwa ia tidak pernah mempromosikan pengobatan demi keuntungan pribadinya, dan menyerang dokter yang menulis surat itu memiliki hubungan dengan industri GMO.

Oz berargumen, ia tidak menentang makanan GMO, tetapi mereka harus dilabeli sebagai GMO. Kritik mengatakan bahwa labeling seperti itu akan meningkatkan kewaspadaan konsumen, serta tidak ada bukti bahwa makanan tersebut tidak aman untuk konsumsi sama seeperti pangan yang ditanam secara konvensional.

Juni lalu, Oz diserang saat rapat Senat karena ia membuat klaim tentang keajaiban obat dan suplemen penurunan berat badan seperti ekstrak kopi hijau, meskipun masih minimnya bukti ilmiah dan keberhasilannya.

sumber : kompas health

Gambar Bungkus Rokok di Indonesia Kurang Seram

Penasihat Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Kartono Muhammad, menilai peringatan bergambar atau pictorial health warning (PHW) pada bungkus rokok di Indonesia masih kurang menyeramkan.

Kartono membandingkannya dengan gambar bungkus rokok di luar negeri. "Di negara lain ada yang gambar jenazah, seperti di Inggris," kata Kartono di Jakarta, Selasa (28/4/2015).

Menurut dia, tujuan utama adanya PHW adalah mencegah munculnya perokok baru. Gambar seram pada bungkus rokok diharapkan dapat membuat remaja berpikir dua kali untuk mulai merokok.

"PHW ini diterapkan dan ditujukan agar jangan ada anak muda yang merokok. Tujuannya mengurangi konsumsi rokok," kata Kartono. Selain adanya PHW, menurut Kartono, harga rokok dan cukai juga harus dinaikkan. Rokok pun harus dilarang jadi sponsor suatu acara.

Menurut dia, Pemerintah Indonesia sudah sangat lunak terhadap produsen rokok. Meski demikian, banyak produsen rokok yang tidak mematuhi peraturan, seperti masih beredarnya bungkus rokok tanpa PHW, ataupun PHW yang ditutup pita cukai. Pemerintah pun dinilai kurang tegas dalam menindak produsen rokok yang melanggar peraturan.

"Pemerintah bikin peraturan, tetapi dilecehkan. Sampai sekarang tidak ada ketegasan menindak karena saling lempar," kata dia. Padahal, rokok sudah jelas membahayakan kesehatan. Tidak ada satu pun manfaat dari merokok.

sumber : kompas health

Kuota Internet Cepat Habis, Ini Dia Penyebabnya

Kehabisan kuota layanan internet bisa menakutkan bagi sebagian orang. Ketika kuota internet habis, sejumlah pilihan untuk berkomunikasi pun putus.

Anda tidak bisa mengirim pesan melalui WhatsApp, menelepon via Line, atau mengecek timeline media sosial kawan.

Tanpa koneksi data, hiburan digital pun tak bisa dinikmati. YouTube, online game dengan multiplayer, dan streaming musik tak bisa dilakukan. Smartphone seolah lumpuh total.

Beberapa penyedia layanan internet menyediakan paket data unlimited untuk mengatasi masalah kuota ini, tetapi tentu saja memiliki keterbatasan. Setelah batas wajar pemakaian paket unlimited tercapai, koneksi akan jadi sangat lambat.

Agar tidak terjebak masalah kuota internet, Anda sebaiknya merencanakan pemakaian data pada smartphone. Misalnya dengan memperhatikan, seperti apakah gaya pemakaian yang sangat berpengaruh pada besaran konsumsi data.

Berikut ini lima hal yang bisa membuat kuota internet Anda cepat habis, seperti dilansir KompasTekno dari Cnet, Minggu (11/1/2015).

1. Unggah ke YouTube

Mengunggah video ke YouTube bisa memakan banyak kuota internet. Namun, semua ini tergantung pada setting yang diterapkan pengguna dan berbagai faktor lain. Rekaman video beresolusi high-definition (HD) bisa menghabiskan jatah internet hingga 200 MB per menit.

Bayangkan bila setiap bulan Anda mengunggah lima video HD berdurasi 1 menit dan kuota internet Anda hanya 1 GB per bulan. Karena itu, ada baiknya Anda menggunakan koneksi WiFi saja saat ingin mengunggah video seperti ini.

2. Obrolan video

Melakukan obrolan video via Skype atau FaceTime tergolong sebagai aktivitas yang membutuhkan banyak bandwidth. Namun, besaran konsumsi tersebut berbeda-beda tergantung pada aplikasi serta resolusi video yang digunakan.

Obrolan melalui video, umumnya, mengonsumsi bandwidth 3 MB per menit. Jika Anda berniat menghemat konsumsi data, sebaiknya kurangi sesi obrolan menggunakan video.

3. Online game

Game, seperti Two Dots atau Words With Friend, tidak memakan banyak kuota internet. Kedua game ini hanya menghabiskan beberapa KB saja per menit sehingga tidak boros.

Namun, game jenis real-time action, seperti Asphalt 8 atau Modern Combat 5: Blackout berbeda. Dua game yang disebut belakangan diperkirakan membutuhkan 1 MB data per menit. Permainan dalam durasi yang panjang akan semakin meningkatkan konsumsi data.

4. Streaming musik

Layanan streaming musik, seperti Guvera atau Rdio, memang sangat praktis. Anda bisa mendengarkan musik di mana pun asalkan ada koneksi internet. Anda juga tidak perlu menyediakan ruang untuk menyimpan file musik tersebut dalam kartu memori.

Namun, sisi lainnya, konsumsi data membengkak. Bila Anda memutar musik dengan resolusi 320 Kbps, total kuota internet yang dihabiskan adalah 2,4 MB per menit. Dalam durasi satu jam, Anda sudah menghabiskan 115 MB.

5. Streaming video

Saat ini, ada berbagai layanan streaming video yang memudahkan orang menemukan trailer film terbaru, film utuh, atau sekadar video klip penyanyi favorit. Sebut saja YouTube, iTunes, Vimeo, dan Hulu.

Hanya satu hal yang tidak boleh Anda lupa: streaming video merupakan penyerap paling "kejam" terhadap kuota internet. Masalahnya, konsumsi data streaming video bisa mencapai 50 MB per menit.

Bila kuota internet yang Anda pilih terbatas, dan Anda terbiasa menonton video-video tertentu secara berulang-ulang, lebih baik simpan file video secara offline.

sumber : kompas tekno

Orang Belanda yang merancang "Indonesia"

Game "Indonesia
Saking sulitnya ditemukan, game berjudul "Indonesia" bagai mahluk mitologi monster Loch Ness dan sejenisnya. Maka betapa mengejutkan pengalaman bertemu pria Belanda yang merancang game itu.

Pertemuan itu terjadi pada hari pertama pameran internasional Essen Spiel '14, pameran tabletop games terbesar di dunia. Sebenarnya, tanggal 16 Oktober 2014 itu adalah hari kedua keterlibatan delegasi Indonesia di Internationale Spieltage 2014.

Hari sebelumnya adalah hari khusus industri dan media massa. Penerbit yang memiliki game baru berhak memamerkan game mereka di ruang khusus di lantai dua arena Messe Essen.

Termasuk tentunya pihak Manikmaya Games, penerbit game asal Bandung yang menjadi bagian dari delegasi Indonesia, bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di acara itu.

Bagi yang baru pertama kali ke acara tersebut, arena Messe Essen bisa cukup membingungkan. Arena 58.000 meter persegi bukan wilayah yang kecil untuk ditelusuri, apalagi dengan layout pameran yang penuh lorong-lorong kecil antar booth.

Hal itu yang saya alami juga. Apalagi, sebagai seorang yang menggemari permainan tabletop jenis boardgame dan card game, setiap booth yang dilewati seakan berteriak meminta perhatian.

Maka jelang sore hari waktu setempat, saya menyempatkan diri untuk "beristirahat" di booth Indonesia. Tentu saja ini berarti harus sambil melayani pertanyaan dan ajakan main dari pengunjung yang datang.

Jangan salah, hal itu tentu saja saya lakukan dengan semangat dan senang hati. Bukan apa-apa, kapan lagi punya kesempatan bermain Mat Goceng yang penuh tipu-tipu itu dengan pengunjung yang mayoritas "bule"?

Pria Berbaju Biru yang Misterius

Sore itu, sekitar pukul 15:00 waktu setempat, kebetulan  ada beberapa pengunjung yang antusias mencoba Mahardika. Game rancangan Rio Frederrico ini memang masih belum tersedia untuk dijual, namun sudah cukup mengundang minat pengunjung.

Selesai playtesting, saya dan Rio berbincang di sekelilling meja yang masih menampilkan papan Mahardika (berupa peta Indonesia) dan beberapa komponen serta buku peraturan game tersebut.

Seorang pria berkemeja biru tiba-tiba mendekati booth Indonesia. Setelah tersenyum padanya, saya tidak terlalu memperhatikan lagi pria itu.

Tabiat seperti itu memang kerap dilakukan para pengunjung Essen Spiel, sekadar memerhatikan sebuah booth, lihat-lihat dengan intensif, lalu segera berlalu seakan-akan tiba-tiba teringat akan suatu janji.

Namun kali ini berbeda, pria itu kemudian kembali mendekat, dan meminjam rulebook Mahardika.

"Boleh saya pinjam?" ujar pria itu, dalam Bahasa Inggris tentunya.
"Silahkan," jawab kami, nyaris serempak.

Beberapa menit kemudian, kami masih asyik berbincang, pria itu kembali mendekat. Mungkin sudah selesai membaca atau apa.

"Mau tahu lebih lanjut? Silahkan duduk," kata saya.
 "Ya, ya. Tentu saja," ujarnya.

Rio pun menjelaskan sekilas tentang Mahardika, tentang apa permainan itu dan garis besar cara bermainnya.

"Saya baru tahu," kata pria itu, "ternyata ada yang membuat boardgame juga di Indonesia."
"Ini memang baru pertama kali kami hadir di Essen," kata saya.
"Menarik sekali. Saya dulu pernah membuat boardgame berjudul 'Indonesia'," lanjutnya.

Jreng! Saya dan Rio terdiam sejenak, seperti tidak percaya apa yang baru saja kami dengar.

Lebih dari Menemukan 'Cawan Suci'

"Anda yang merancang boardgame 'Indonesia'?" tanya saya setengah tidak percaya.

Kali ini saya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan saya. Tawa kami pun meledak, entah mengapa. Mungkin semacam kompensasi dari rasa kaget itu.

Mungkin perlu saya jelaskan dulu sebelumnya. Boardgame 'Indonesia' merupakan game yang sudah tidak ada di pasaran. Game itu juga sulit ditemui di pasar loak Eropa, apalagi di Indonesia.

Bagi orang Indonesia yang menggemari boardgame, game 'Indonesia' adalah sebuah legenda. Rasa penasaran soal game itu, seperti apa cara mainnya, siapa yang membuatnya, berkecamuk dalam pikiran sejak lama.

Bahkan, Eko Nugroho, CEO Kummara selaku induk dari Manikmaya Games, telah sering menjadikan 'Indonesia' sebagai contoh kasus.

"Ada lho, boardgame dengan judul 'Indonesia'. Dan yang bikin itu orang Belanda!" adalah kalimat yang sering ia lontarkan bagi orang yang baru 'belajar' boardgame.

Dan kini, entah berapa tahun sejak pertama kali saya mengetahui akan keberadaan boardgame itu, kami bertatap-tatapan langsung dengan pembuatnya.

Jika diibaratkan pencarian Indiana Jones akan cawan suci (dalam Indiana Jones and The Last Crusade, 1989), ini adalah ibaratnya bukan saja menemukan cawannya, tapi menemukan pembuat cawan itu sendiri.

Saya agak malu untuk mengakui apa yang terjadi setelah kami menyadari bahwa pria itu adalah perancang game 'Indonesia'. Karena yang kami lakukan berikutnya adalah meminta untuk berfoto bersama.

Ya, memang agak memalukan. Tapi mau bilang apa? Kalau Anda ketemu Yeti atau Big Foot -- dengan asumsi mahluk itu tak membunuh Anda terlebih dahulu -- hal pertama yang terpikir adalah untuk memotretnya kan?

Wicak Hidayat/KompasTekno Joris Wiersinga, perancang game 'Indonesia', bersama Rio Frederrico, perancang game Mahardika, di gelaran Essen Spiel '14, 16-19 Oktober 2014.
Namanya Joris

Pria itu bernama Joris Wiersinga, sapaan akrabnya Joris (dibaca: Yoris). Dia adalah CEO dari sebuah perusahaan gamification bernama Silverfit.

Joris bukan orang biasa di dunia game, dia merupakan salah satu tokoh yang disegani, perancang game yang punya reputasi membuat game dengan aspek ekonomi yang rumit.

Joris, kelahiran Arnhem, Belanda, telah merancang game sejak usia muda. Game komputer pertama yang ia jual dibuat pada saat ia masih usia 14 tahun, menyusul beberapa tahun kemudian game tabletop.

Menurut data di Boardgamegeek, bersama dengan Jeroen Doumen, Tamara Jannink dan Herman Haverkort ia mendirikan Splotter Spellen. Perusahaan yang kemudian menerbitkan game 'Indonesia' rancangannya.

Joris dan Indonesia

Setelah selesai bertingkah seperti fanboy, kami kembali duduk di meja dan berusaha menggali lebih jauh hal apa yang membuat Joris merancang game dengan judul 'Indonesia'.

"Ya, salah satunya karena saya pernah tinggal di Indonesia," jawab Joris.

Dhuer! Lagi-lagi saya merasa kesamber gledek. Ini artinya, Joris bukan sekadar menempelkan Indonesia ke dalam mekanik game yang ia rancang, tapi ia memang sungguh punya kedekatan dengan Indonesia.

"Wow," kata saya setengah tidak percaya, "Anda pernah tinggal di Indonesia?"
"Waktu kecil, Ayah saya bekerja di Indonesia. Saya tinggal di Jakarta, Ayah saya bekerja di wilayah lain," ujar Joris.

Joris mengatakan, ia tinggal di area dekat Blok M dan Kebayoran. Ia masih kanak-kanak ketika itu, namun ia cukup punya kenangan tentang Indonesia.

Lahirnya Game 'Indonesia'

"Lalu, game 'Indonesia' itu, dibuat karena pengalaman Anda di Indonesia?" tanya saya.
"Tidak. Tapi, saya memang memulainya dari sebuah kejadian di Indonesia," tutur Joris.

"Ketika itu saya sedang berada di bandara, salah satu wilayah di Indonesia yang saya tidak ingat namanya. Tapi itu di wilayah timur," kata Joris.

"Kemudian, saya dapat pengumuman, pesawat mengalami penundaan. Penundaannya cukup lama, saya tidak ingat berapa jam, atau apakah saya sampai harus menginap satu malam lagi," lanjutnya.

Namun yang pasti, Joris mengatakan, penundaan itu membuatnya iseng dan ia akhirnya mencoret-coret ide sebuah boardgame. Sebuah peta Indonesia yang dilihatnya ketika itu turut memicu ide tersebut.

Menurut Joris, proses terjadinya game 'Indonesia' dari ide ke produksi terbilang cepat dibandingkan game-game lain dari Splotter Spellen. Ia menyebut hanya beberapa hari dibandingkan beberapa minggu yang biasanya dilakukan.

Rumit, Menuai Pujian

Game tersebut pun meraih perhatian yang cukup baik di kalangan penggemar boardgame. Bahkan, menurut Boardgamegeek, Game yang terbit di 2005 itu adalah finalis International Gamers Award pada 2006.

Joris menjelaskan, game itu memiliki tema ekonomi. Pemain bisa memiliki produksi (seperti karet, beras, makanan cepat saji atau minyak). Pemain juga bisa melakukan penelitian, hingga ada kemungkinan melakukan merger / akuisisi.

"Hal ini merupakan satu aspek yang cukup unik di boardgame. Sangat jarang game yang memungkinkan terjadinya merger antar pemain," ujar Joris.

Dari sisi temanya, game Indonesia bukan game pertama yang mencakup tema dari Indonesia. Sebelumnya ada game berjudul Java, terbit di 2000. Setelah 'Indonesia', ada juga game dengan judul Batavia yang terbit di 2008.

Wicak Hidayat/KompasTekno
Joris Wiersinga (baju biru), perancang game 'Indonesia' sedang mencoba Mat Goceng di booth Indonesia bersama Eko Nugroho, CEO Kummara (berbatik), pada ajang Essen Spiel 14, Kamis (16/10/2014).
Bertemu 'Arch Enemy'

Di tengah-tengah perbincangan kami (Saya, Rio dan Joris) datanglah Eko Nugroho ke booth Indonesia, seusai menjalani meeting dengan beberapa publisher setempat.

Setelah mengetahui pria yang sedang berbincang dengan kami itu adalah Joris, perancang game 'Indonesia', Eko pun tak bisa menyembunyikan kekagetannya.

Ini adalah sosok yang buat Eko telah lama menjadi bagian dari kisah yang ia ceritakan ke para mahasiswa (Eko adalah dosen di Universitas Padjajaran) dan timnya di Kummara.

Ini adalah sosok yang bagaikan hantu, telah "dikejar-kejar" oleh Eko. Orang asing yang berani-beraninya membuat game dengan judul Indonesia.

Ini adalah sosok yang, jika mengambil perumpamaan dunia superhero, selama ini menjelma sebagai arch enemy alias 'musuh bebuyutan' dalam kepala Eko.

"Oke, oke. Anda harus bermain game lawan saya," ujar Eko.

Joris mengangkat bahu sambil tersenyum, menyetujui usulan Eko.

Pertarungan 'Vriejeman'

Tentunya, mereka tidak akan bermain Mahardika. Game dengan tema kemerdekaan Indonesia ini adalah game kerjasama, yang menempatkan semua pemain di sisi yang sama.

Tidak, keduanya harus bermain game yang mempertentangkan pemain satu sama lain. Maka game apalagi yang paling cocok kalau bukan Mat Goceng?

Setelah penjelasan singkat tentang cara bermain Mat Goceng, Eko memulai permainan sebagai orang pertama. Jelas, seperti sudah bisa diduga, Eko menantang Joris dalam duel pertamanya.

Awalnya, Joris seperti enggan, bertanya apakah ia bisa menolak tantangan. Tentu saja, ia bisa melakukan ini dengan membayarkan dua keping perak.

Dengan kemungkinan duel terhenti sebelum terjadi, Eko pun membujuk Joris untuk menerima tantangannya saja. Maka duel itu pun terjadi.

Jurus demi jurus dilancarkan kedua pihak, lewat kartu-kartu Mat Goceng. Tak lama, kartu keduanya tak bisa meneruskan pertarungan, fase negosiasi alot pun dimulai.


Wicak Hidayat/KompasTekno Joris Wiersinga, perancang game 'Indonesia', saat mengunjungi booth Indonesia di Essen Spiel '14, 16-19 Oktober 2014.Duel Seru Penuh Janji

Lewat berbagai cara, negosiasi, tawar-menawar dan janji-janji, kartu-kartu pemain lain pun ikut turun ke arena duel. Pertarungan berlanjut hingga salah satu pihak akhirnya kalah.

Duel antara Eko dan Joris terjadi dua atau tiga kali, dan setiap kali terjadi selalu melibatkan seluruh pemain yang ada di meja, dan hampir semua kartu. Pada akhirnya Joris menyerah dan permainan selesai.

"Jadi, kamu menang dengan modal janji-janji belaka?" ujar Joris sambil tertawa.

Mat Goceng memang permainan yang menempatkan negosiasi dan tawar-menawar, serta gertakan, sebagai poros permainannya. Game ini secara cepat mengubah satu meja pemain yang tak saling kenal jadi lebih dekat, karena interaksi yang personal dan emosional.

Tentunya, setelah permainan selesai, apa yang terjadi selama permainan harus direlakan. Seperti lazimnya sebuah permainan, ada yang menang dan ada yang kalah. Pemenang tak perlu terlalu jumawa, yang kalah tak usah gusar.

Demikian pula dalam permainan Mat Goceng yang, jujur saja, merupakan panggung pertarungan Eko vs Joris itu. Pada akhirnya Eko pun mau tak lagi menempatkan sosok Joris sebagai arch enemy-nya.

Tentang Penulis: Wicak Hidayat adalah wartawan KompasTekno. Tulisan ini adalah bagian dari catatan perjalanannya ke Essen Spiel '14, 16-19 Oktober 2014 di Kota Essen, Jerman.

sumber : kompas tekno

Efek Bali Nine, Foto Jokowi disingkirkan dari Pameran di Australia

Sebuah foto wajah Presiden Joko Widodo atau Jokowi disingkirkan dari ruang pamer di National Portrait Gallery (NPG), Canberra, Australia, menyusul pelaksanaan eksekusi dua pemimpin kelompok pengedar narkoba yang dikenal dengan julukan "Bali Nine".

Foto tersebut merupakan karya Adam Ferguson yang masuk daftar National Photographic Portrait Prize tahun ini.

Pengelola galeri tersebut awalnya berencana untuk memajang foto itu sampai Juni mendatang.

Direktur galeri tersebut, Angus Trumble, mengatakan, pencopotan foto merupakan tindakan sementara, dan si fotografer telah diberi tahu. Dia mengatakan, mereka khawatir foto itu mungkin akan dirusak oleh seseorang yang marah terkait eksekusi terhadap warga Australia, yaitu Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, pada Rabu (29/4/2015) dini hari di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah.

"Menurut saya, Rabu pagi, dalam situasi dan dalam operasional kami, juga berdasarkan penilaian terbaik saya tentang risiko kerusakan pada karya seni, foto itu pun perlu disingkirkan dari ruang pamer," katanya seperti dikutip ABC, Kamis.

"Selain itu, saya terpengaruh oleh pernyataan Perdana Menteri (Tony Abbott) dan Pemimpin Oposisi, serta tentu saja posisi parlemen dan penarikan kembali duta besar kami."

Dini hari tadi, Ferguson menulis status di halaman Facebook-nya yang mengatakan bahwa ia sedih mendengar berita tentang eksekusi Chan dan Sukumaran, tetapi ia bingung dengan keputusan NPG.

"Hukuman mati itu kuno, dan saya ikut berduka bersama keluarga (terpidana)," katanya. "Saya diberi tahu bahwa hari ini foto saya untuk sementara dicopot karena respons masyarakat terhadap eksekusi anggota 'Bali Nine', dan untuk menghormati para korban dan keluarga mereka. Saya benar-benar bingung bahwa lembaga seni terkemuka Australia mengambil tindakan tersebut."


ABC Foto wajah Presiden Joko Widodo itu semula berada di antara dua foto di atas.
Ferguson mengatakan, seni adalah tentang dialog sosial dan politik. "Galeri-galeri terkemuka berusaha untuk mempromosikan diskusi dan membuka pintu pertanyaan bagi para pengunjung mereka," katanya.

"Saya berpikir bahwa memungkinkan orang untuk melihat foto yang saya buat tersebut akan lebih penting pada saat ini, jika mengingat keadaannya."

Foto wajah Jokowi itu diambil pada September lalu saat pemotretan untuk sampul majalah Time.

Trumble mengakui bahwa fotografer itu tidak senang dengan pencopotan foto tersebut. "Saya menelepon seniman itu untuk memberitahukan keputusan saya dan alasan mengapa saya mengambil keputusan itu," katanya.

"Saya senang bahwa saya melakukan langkah itu. Kami berkomunikasi, dan saya menghormati pandangannya yang berbeda. Dia mengatakan bahwa ia lebih suka karyanya rusak atau hancur, daripada dicopot dari ruang pamer."

Ini dia alasan Google+ Gagal

Google Plus
Bulan lalu, Google+ dipecah menjadi dua layanan bernama Photos dan Streams. Langkah itu bisa diartikan sebagai keputusan Google untuk "melempar handuk" lantaran jejaring sosialnya tersebut kalah bersaing melawan para raksasa semacam Facebook, Twitter, dan LinkedIn.

Ada apa di balik kegagalan Google+? Menurut keterangan sumber-sumber internal Google yang dirangkum Kompas Tekno dari Business Insider, Kamis (30/4/2015), hal ini diakibatkan oleh beberapa sebab.

Salah satu sebab yang disebutkan adalah Google+ lebih dirancang untuk mengurangi beban Google ketimbang memudahkan penggunanya untuk saling terhubung.

Dengan Google+, Google tak perlu mengelola banyak profil pengguna untuk berbagai layanan dan produk yang disediakan karena seorang pengguna cukup melakukan login ke Google+ untuk bisa mengakses aneka layanan perusahaan tersebut.

Sayangnya, pengalaman social networking yang disajikan tidak sesederhana jejaring sosial lain.

Para pengguna Google+ harus berpikir siapa saja yang mesti ditambahkan ke masing-masing circle. Cara ini lebih rumit ketimbang hanya menambah seseorang sebagai teman seperti pada Facebook atau menambah orang lain dalam jaringan seperti pada LinkedIn.

Alasan lain berkaitan dengan transformasi pola penggunaan ke arah gadget mobile yang tak diantisipasi dengan cepat dan tepat oleh Google.

UC Browser Ingin Merajai Pasar Global

UC Browser
Aplikasi peramban internet UC Browser menargetkan diri menjadi mobile browser utama di negara-negara berkembang. Untuk meraih pasar internasional itu, strategi pun difokuskan pada kerja sama dengan produk lokal.

"Pasar internasional begitu besar. Maka dibutuhkan strategi untuk dapat berhasil salah satunya adalah dengan fokus pada "glocal". Kerja sama dengan produk sesuai pasar," ujar General Manager of International Business Department UCWeb Robin Su dalam acara Global Mobile Internet Conference 2015 di Beijing, Rabu (28/4/2015).

WOW, Ternyata Galaxy S6 made in Indonesia

Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge
Ada hal mengejutkan yang terungkap dari peluncuran duet smartphone andalan baru Samsung, Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge, di Jakarta, Rabu (29/4/2015). Pihak Samsung mengatakan bahwa kedua smartphone tercanggih besutannya itu ternyata dibuat di Indonesia.

Hal ini diutarakan oleh Vice President Corporate Business and Corporate Affairs Samsung Indonesia Lee Kanghyun dalam sesi wawancara seusai acara peluncuran yang ikut dihadiri Kompas Tekno.

"Iya, buatan Indonesia. Galaxy S6 dan S6 Edge, dua-duanya buatan Indonesia," kata Lee.