Foto tersebut merupakan karya Adam Ferguson yang masuk daftar National Photographic Portrait Prize tahun ini.
Pengelola galeri tersebut awalnya berencana untuk memajang foto itu sampai Juni mendatang.
Direktur galeri tersebut, Angus Trumble, mengatakan, pencopotan foto merupakan tindakan sementara, dan si fotografer telah diberi tahu. Dia mengatakan, mereka khawatir foto itu mungkin akan dirusak oleh seseorang yang marah terkait eksekusi terhadap warga Australia, yaitu Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, pada Rabu (29/4/2015) dini hari di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah.
"Menurut saya, Rabu pagi, dalam situasi dan dalam operasional kami, juga berdasarkan penilaian terbaik saya tentang risiko kerusakan pada karya seni, foto itu pun perlu disingkirkan dari ruang pamer," katanya seperti dikutip ABC, Kamis.
"Selain itu, saya terpengaruh oleh pernyataan Perdana Menteri (Tony Abbott) dan Pemimpin Oposisi, serta tentu saja posisi parlemen dan penarikan kembali duta besar kami."
Dini hari tadi, Ferguson menulis status di halaman Facebook-nya yang mengatakan bahwa ia sedih mendengar berita tentang eksekusi Chan dan Sukumaran, tetapi ia bingung dengan keputusan NPG.
"Hukuman mati itu kuno, dan saya ikut berduka bersama keluarga (terpidana)," katanya. "Saya diberi tahu bahwa hari ini foto saya untuk sementara dicopot karena respons masyarakat terhadap eksekusi anggota 'Bali Nine', dan untuk menghormati para korban dan keluarga mereka. Saya benar-benar bingung bahwa lembaga seni terkemuka Australia mengambil tindakan tersebut."
ABC Foto wajah Presiden Joko Widodo itu semula berada di antara dua foto di atas.
Ferguson mengatakan, seni adalah tentang dialog sosial dan politik. "Galeri-galeri terkemuka berusaha untuk mempromosikan diskusi dan membuka pintu pertanyaan bagi para pengunjung mereka," katanya.
"Saya berpikir bahwa memungkinkan orang untuk melihat foto yang saya buat tersebut akan lebih penting pada saat ini, jika mengingat keadaannya."
Foto wajah Jokowi itu diambil pada September lalu saat pemotretan untuk sampul majalah Time.
Trumble mengakui bahwa fotografer itu tidak senang dengan pencopotan foto tersebut. "Saya menelepon seniman itu untuk memberitahukan keputusan saya dan alasan mengapa saya mengambil keputusan itu," katanya.
"Saya senang bahwa saya melakukan langkah itu. Kami berkomunikasi, dan saya menghormati pandangannya yang berbeda. Dia mengatakan bahwa ia lebih suka karyanya rusak atau hancur, daripada dicopot dari ruang pamer."
0 komentar:
Post a Comment