You and Me Never Walk Alone

Wednesday, April 3, 2013

Mari Belajar Bahasa Padang

SAPAAN
Orang Padang (untuk juga menyebut semua orang di Sumatera Barat) biasanya menyapa dengan kalimat “Ba a kaba?” atau “Apo kaba?”

Contoh:
Ba a kabaLai aman-aman se? (Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan?)

KATA GANTI SUBJEK
1. Aku

Untuk percakapan dengan teman, yang sering dipakai adalah kata “Awak”. Untuk sebutan yang lebih kasar (biasanya percakapan santai antar para pria), bisa pakai kata “Aden” (kata ini haram untuk diucapkan wanita). Dalam lagu-lagu Minang tentang percintaan yang mendayu-dayu, mereka menyebut diri sendiri dengan kata “Denai”. Kata “Denai” kalau dalam bahasa Jawa mungkin kira-kira sama dengan “Sliraku”. Lebih halus. Bisa juga pakai “Ambo”, tapi jarang sekali digunakan.

Perempuan lebih sering menyebut namanya daripada memakai kata “Awak”. Kesannya memang agak kekanak-kanakan. Mereka biasanya menggunakan bagian akhir dari namanya. Sebagai contoh, perempuan Minang bernama Dina akan memakai “Na” yang diambil dari suku terakhir nama panggilannya untuk menyebut diri sendiri. Ia akan bilang: “Na sadang sibuk.” (Dina sedang sibuk). Lain lagi dengan perempuan bernama Asri yang akan bilang: “Iko baju I.” (Ini baju Asri).

2. Kamu

Orang Padang menyebut lawan bicara langsung dengan nama mereka. Jadi mungkin (setahu saya) tidak ada kata “Kamu” dalam bahasa ini. Saya merasakan kesan akrab dalam cara berkomunikasi seperti ini. Karena mau tidak mau mereka harus selalu hafal nama orang kan? Agak sulit bagi saya yang sulit mengingat nama orang. Dalam bahasa Padang yang lebih kasar, mereka mengganti kata “Kamu” dengan “Ang”. Contoh: “Manga ang ka siko?” (Kenapa kamu kesini?)

3. Dia = Inyo

4. Sebutan untuk perempuan yang lebih tua atau dihormati = Uni

5. Sebutan untuk pria yang lebih tua atau dihormati = Uda

PERTANYAAN

1. Apa = Apo, disingat A
2. Bagaimana = Bagaimano, disingkat Ba a
3. Berapa = Barapo, disingkat Bara
4. Dimana = Dimano, disingkat Dima
5. Darimana = Dari mano, disingkat Dari ma
6. Mana = Mano, disingkat Ma
7. Siapa = Siapo, disingat Sia
8. Kapan = Bilo
9. Mengapa = Mangapo, disingkat Manga
10. Kenapa = Dek a

Jadi kalau mau tanya “Bagaimana caranya?” bisa pakai “Ba a caronyo?” atau “Bagaimano caronyo?” Kata tanya yang disingkat lebih sering dipakai, terlebih dalam percakapan sehari-hari.

KATA PENUNJUK

1. Ini = Iko
2. Itu = Itu
3. Sini = Siko
4. Sana = Sinan
5. Situ = Situ


RUMUS BAHASA

Sebenarnya belajar bahasa Padang sangat mudah, karena banyak kata yang sama dengan bahasa Melayu versi Indonesia. Hanya saja kata-kata itu mengalami semacam penggubahan sesuai dialek mereka.

1. Pemakaian huruf O

Kalau Anda sering melihat film dan ada karakter orang Padang disitu, yang Anda paling ingat mungkin pemakaian huruf O yang kerap muncul. Bahasa Padang mengubah kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran A menjadi berakhiran O.

Contoh:
Cara = Caro
Belanja = Balanjo
Suka = Suko
Ada = Ado
Iya = Iyo
Baca = Baco
Janda = Jando
Nama = Namo

2. Pengubahan –at menjadi –ek

Sebagian besar kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran –at berubah menjadi berakhiran –ek dalam bahasa Padang. Bunyikan –ek seperti mengucapkan “mbek” dalam kata “Lembek”.

Contoh:
1. Rapat = Rapek
2. Sarat = Sarek
3. Kawat = Kawek
4. Dapat = Dapek
5. Hambat = Hambek
6. Lambat = Lambek
7. Silat = Silek
8. Giat = Giek
9. Kuat = Kuek

Bedakan dengan contoh berikut:

1. Berat = Barek
2. Lebat = Labek
3. Tepat = Tapek
4. Penat = Panek
5. Merambat = Marambek
6. Keringat = Karingek

Perhatikan bahwa keenam contoh di atas tidak berubah menjadi “Berek”, “Lebek”, “Tepek”, “Penek” atau “Merembek”, melainkan “Barek”, “Labek”, “Dabek”, “Panek” dan “Marambek”. Suku kata pertama yang mengandung huruf E memang biasanya berubah menjadi A.

3. Pengubahan –as menjadi –eh

Contoh:
1. Panas = Paneh
2. Beras = Bareh
3. Gelas = Galeh

4. Pengubahan -ir menjadi –ia

Contoh:
1. Air = Aia
2. Alir = Alia
3. Cibir = Cibia
4. Pelintir = Palintia
5. Semir = Samia

5. Pengubahan –ur menjadi –ua.

Contoh:
1. Aur = Aua
2. Baur = Baua
3. Lebur = Labua
4. Tabur = Tabua

6. Pengubahan –ut menjadi –uik

Contoh:
1. Rambut = Rambuik
2. Laut = Lauik
3. Takut = Takuik
4. Kentut = Kantuik
5. Perut = Paruik
6. Ikut = Ikuik
7. Lembut = Lambuik
8. Rebut = Rabuik

7. Pengubahan –uk menjadi –uak

Contoh:
1. Keruk = Karuak
2. Beruk = Baruak
3. Buruk = Buruak

8. Pengubahan –uh menjadi –uah

Contoh:
1. Bunuh = Bunuah
2. Tujuh = Tujuah
3. Peluh = Paluah

9. Pengubahan –us menjadi –uih

Contoh:
1. Putus = Putuih
2. Halus = Haluih
3. Kurus = Kuruih

10. Pengubahan –ung menjadi –uang

Contoh:
1. Bingung = Binguang
2. Panggung = Pangguang
3. Hidung = Hiduang

11. Pengubahan –ih menjadi –iah

Contoh:
1. Lebih = Labiah
2. Pedih = Padiah
3. Letih = Latiah

12. Pengubahan –ing menjadi –iang.

Contoh:
1. Keling (hitam) = Kaliang
2. Pening = Paniang
3. Kucing = Kuciang

13. Pengubahan –il menjadi –ia

Contoh:
1. Ganjil = Ganjia
2. Bedil = Badia
3. Sambil = Sambia

14. Pengubahan –is menjadi –ih

Contoh:
1. Gadis = Gadih
2. Manis = Manih
3. Menangis = Manangih

15. Pengubahan -ap menjadi -ok

Contoh:
1. Gelap = Galok
2. Suap = Suok
3. Lelap = Lalok (tidur)

Tidak mutlak semua kata bisa diubah sesuai rumus diatas. Sejatinya, pengubahan akhiran pada kata-kata tersebut tidak perlu dihafalkan. Logat Padang bisa serta-merta Anda kuasai tanpa menghafal kalau Anda terbiasa berlatih dan berkomunikasi dengan bahasa ini.

KALIMAT NEGATIF

Kalimat negatif dalam bahasa Padang memiliki pola yang mirip dengan kalimat negatif dalam bahasa Perancis. Mungkin juga ada bahasa lain di dunia ini yang memiliki pola sama. Sejauh ini, karena kebetulan saya sedang mempelajari bahasa Perancis, so this is the one I clearly know.

Pola kalimat negatif dalam bahasa Perancis: Subjek + ne + Kata Kerja + pas + Objek / Pelengkap.

Contoh:
Kalimat positif => Je suis étudiante (Saya seorang mahasiswa)
Kalimat negatif => Je ne suis pas étudiante (Saya bukan mahasiswa)

Pola dalam bahasa Padang: Subjek + indak + Kata Kerja + Objek / Pelengkap + do.

“Pas” dalam bahasa Perancis sama fungsinya dengan “Do” dalam bahasa Padang. Bedanya “Do” selalu diletakkan di akhir kalimat dalam bahasa Padang.

Contoh:
1. Iko lamak (ini enak) => Iko indak lamak do (ini tidak enak)
2. Awak suko bagarah (Aku suka becanda) => Awak ndak suko bagarah do (Aku tidak suka becanda)
3. Ndak ba a do (Tidak apa-apa)
4. Ndak ado lai do (Tidak ada lagi)

HURUF E

Orang Padang, seperti juga orang Melayu lainnya, agak sulit membedakan huruf E. Seperti yang kita ketahui, kita memiliki tiga jenis huruf E. Kalau dalam bahasa Perancis, ada tiga aksen untuk huruf E, yaitu accent éigu (é), accent grave (è) dan accent circonflexe (ê).

Dalam bahasa Indonesia, tiga E itu adalah:

1. E seperti mengucapkan “Ekor”
2. E seperti mengucapkan “Emas”
3. E seperti mengucapkan “Elektronik”

Nah, orang Padang sulit membedakan ketiga E ini, sehingga maklumi saja apabila suatu saat Anda mendengar orang Padang yang agak ganjil cara mengucapkan sesuatu yang mengandung huruf E. Seringkali mereka mengucapkan “me” dalam kata “Nasionalisme” seperti mengucap E pada kata “Ekor” atau mungkin “Elektronik”, padahal seharusnya ia harus diucapkan seperti melafalkan kata “Emas”. Et cetera.

KATA KOTOR

Sebaiknya Anda harus tau daftar kata-kata kotor, bukan cuma dalam bahasa Padang tapi juga dalam bahasa lainnya.

1. Pantek

Teman saya pernah mengeluhkan kata ini. Ada orang Padang di samping kamar kostnya yang sering meneriakkan kata “Pantek” terhadap istrinya dengan tingkat desibel yang cukup tinggi untuk mengganggu waktu bersantainya.

Apa sih arti “Pantek”? Saya sering berdebat mengenai hal ini dengan Alfian. Kalau ditanya, dia pasti akan menjawab itu tidak ada artinya dan memang lazim dipakai untuk meneriakkan kemarahan atau kekecewaan. Ada juga yang bilang “Pantek” adalah alat kelamin perempuan yang dipakai untuk berkata kotor.

Menurut saya, sesuai rumus yang saya jabarkan di atas, “Pantek” dalam bahasa Indonesia adalah “Pantat”. Entah pantatnya perempuan atau laki-laki, sama saja (saya pikir, pantat bukan monopoli perempuan saja). Dalam rumus saya, kata yang berakhiran –at akan berubah berakhiran –ek dalam bahasa Padang. Pendeknya, “Pantat” mau tak mau harus bermanuver menjadi “Pantek”. Itu saja. Tidak ada yang mampu mengubah pendirian saya.

Ada yang bilang “Pantek” itu kasusnya sama seperti kata “Asu” dalam bahasa Jawa. “Asu” adalah anjing dalam bahasa Jawa. Orang Jawa berteriak “Asu” untuk mengekspresikan kemarahan, bukan karena ingin memanggil anjing.

Ya sama saja toh, dia menyamakan hal yang membuatnya marah itu dengan anjing (yang memang ditakdirkan untuk menjadi objek penderita). Orang Padang pun menyamakan hal yang membuatnya marah dengan pantat (yang ditakdirkan menjadi bagian tubuh pertama yang merasakan imbas ekskresi manusia). Secara filosofis, tidak ada masalah dengan itu.

2. Kanciang

“Kanciang” tidak mengacu pada kata “Kancing”, karena orang Padang lebih suka memakai kata “buah baju” untuk menyebut kancing baju. “Kanciang”, exactly berarti “Kencing”.

3. Kantuik
“Kantuik” berarti “Kentut”. Hmm, worth it ...

4. Galadak
I don’t have any idea...

5. Nama-nama hewan yang lazim didzikirkan ketika sedang kesal.

KOSA KATA LAIN

Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia yang bisa diubah sesuai yang saya rumuskan untuk menjadi kata dalam bahasa Padang. Ada kata lain yang memang harus dihafalkan kalau Anda memang ingin mempelajarinya.

Contoh:
1. Uang = Pitih
2. Perempuan = Padusi
3. Jangan = Jan
4. Beri = Agiah
5. Celana = Sarawak
6. Belum = Alun
7. Sudah = Alah
8. Saja = Se
9. Besar = Gadang
10. Dan masih sangat sangat banyak lainnya..

Orang Padang juga punya cara Padang sendiri yang terbawa saat ia berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Mungkin agak ganjil kalau Anda belum terbiasa. Contohnya, mereka sering menyebut kata “Bensin” dengan “Minyak”. Yang jelas prinsipnya sama saja ketika Anda ingin mempelajari sesuatu yang baru. Practice makes perfect!

tambahan dari romi mardela


Terimakasih kepada Andreas

0 komentar:

Post a Comment