You and Me Never Walk Alone

Friday, September 7, 2012

Seputar Golongan Rhesus


Dalam pelayanan permintaan darah harus diberikan darah yang cocok bagi orang sakit. Yang dimaksud dengan cocok adalah yang sama golongan ABO-nya. Tetapi kadang-kadang walaupun sudah sama golongan ABO-nya, masih terdapat ketidakcocokan, yang disebabkan oleh golongan darah lain, yaitu golongan Rhesus.
Misalnya: Orang sakit yang mempunyai golongan A Rhesus negatif harus dicarikan golongan A Rhesus negatif lagi.
Mendapatkan darah yang cocok untuk golongan A-nya saja, dapat dicari diantara kita, karena golongan darah ini mempunyai frekuensi yang cukup besar diantara orang Indonesia.
Apabila yang dicari adalah golongan A Rhesus negatif, inilah yang sulit dicari, karena hampir semua orang Indonesia mempunyai golongan Rhesus positif. Menurut kepustakaan hampir 100% orang Indonesia adalah Rhesus positif.
Sejak tahun 1975 pada setiap orang sakit yang meminta darah dilakukan pemeriksaan golongan darah Rhesus. Bila orang sakit mempunyai golongan Rhesus negatif, harus dicarikan darah golongan Rhesus lagi, dan yang sama golongan ABO nya.
Saat ini pelayanan permintaan darah golongan Rhesus negatif belum lancer, karena tidak mempunyai persediaan darah golongan Rhesus negatif dan jumlah donor yang sudah diketahui mempunyai golongan Rhesus negatif sangat sedikit.
Bila sudah diketahui benar-benar, bahwa permintaan darah orang sakit adalah golongan Rhesus negatif, donor yang sudah diketahui mempunyai golongan Rhesus negatif, dihubungi dan diminta kesediaannya untuk menyumbangkan darah bagi orang sakit ini.
Melihat keadaan ini sudah waktunya bagi kita, untuk mencari dan menghimpun donor golongan Rhesus negatif diantara kita, sesuai dengan keinginan masyarakat saat ini, yang menginginkan pelayanan yang aman, cepat, dan mudah.
GOLONGAN ABO
Pengetahuan mengenai golongan darah dimulai pertama kali, setelah penemuannya oleh Karl Landsteiner tahun 1900. Landsteiner menemukan bahwa darah seseorang dapat dibagi dalam golongan-golongan, yaitu:
Seseorang yang mempunyai antigen A, yaitu antigen A pada sel darah merahnya, orang tersebut mempunyai golongan A. Seseorang yang mempunyai antigen B, yaitu antigen B pada sel darah merahnya, orang tersebut mempunyai golongan B. Seseorang yang tidak mempunyai antigen A dan B pada sel darah merahnya, orang tersebut mempunyai golongan O.
Sedangkan golongan AB adalah yang mempunyai antigen A dan antigen B pada sel darah merahnya. Seseorang yang mempunyai golongan A, secara alami dalam tubuhnya ada zat anti atau antibody, yaitu anti-B. Seseorang yang mempunyai golongan B, secara alami dalam tubuhnya ada zat anti atau antibody, yaitu anti-A. Seseorang yang mempunyai golongan O, secara alami dalam tubuhnya ada zat anti atau antibody, yaitu anti-A dan anti-B.
Oleh karena itu, sistem golongan ABO penting secara medis, terutama dalam kepentingannya untuk transfusi, yaitu harus sama golongan ABO nya. Antigen sistem ABO dapat diturunkan menurut hukum Mendel. Selain golongan ABO, telah ditemukan golongan-golongan darah lain pada sel darah merah manusia, yaitu golongan Rhesus, Kell, Kidd, dan lain-lain.
GOLONGAN RHESUS
Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada sel darah merah. Mula-mula mereka menyuntikkan sel darah monyet Rhesus pada kelinci, ternyata serum kelinci yang telah disuntik atau diimunisasi tersebut, mengandung zat anti atau antibody yang mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel darah merah, seperti pada ±85% orang-orang Eropa, dan golongan darah mereka kemudian disebut golongan Rhesus Positif (Rh Positif). Pada ±15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh negatif).
Dalam sistem Rhesus tidak ada anti RH yang timbul secara alami. Bila dalam tubuh seseorang ada zat anti, anti RH, pasti hal itu karena immunisasi. Proses immunisasi memerlukan waktu, mungkin beberapa minggu setelah penyuntikan antigen, sebelum zat antinya terbentuk dalam darah.
Dalam sistem Rhesus telah ditemukan beberapa macam antigen dan antigen yang utama, yaitu antigen D. Antigen ini merupakan antigen yang kuat yang dapat menyebabkan komplikasi, berupa reaksi transfusi hemolitik, yaitu reaksi hancurnya sel-sel darah merah. Pada bayi menyebabkan penyakit Hemolytic disease of the newborn, yaitu bayi lahir kuning atau bahkan bengkak di seluruh tubuh atau mungkin lahir meninggal.
Cara seseorang mendapatkan immunisasi antigen golongan darah adalah:
  1. Transfusi darah. Seseorang yang mempunyai golongan Rhesus negatif ditransfusi dengan golongan Rhesus positif, pada orang itu dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D.
  2. Kehamilan. Wanita yang mempunyai golongan Rhesus negatif, menikah dengan laki-laki yang mempunyai golongan Rhesus positif, kemudian hamil bayi golongan Rhesus positif, pada wanita tersebut dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D.
Perlu diketahui bahwa adanya zat anti atau antibody dalam serum seseorang, tidak dengan sendirinya mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi keadaan ini dapat menjadi buruk pada keadaan:
  1. Transfusi darah. Bahaya timbulnya reaksi transfusi hemolitik.
  2. Kehamilan. Bahaya timbulnya Hemolytic disease of the newborn pada bayi.
BAGAIMANA CARA PENCEGAHANNYA?
Dengan kesiapan penyediaan darah golongan Rhesus negatif.
Mencari dan menghimpun donor-donor yang mempunyai golongan Rhesus negatif, yaitu dengan:
  1. Mencari golongan Rhesus negatif diantara keluarga Rhesus negatif itu sendiri, oleh karena golongan darah adalah suatu faktor yang diturunkan.
  2. Secara umum mencari diantara donor-donor darah sukarela.

0 komentar:

Post a Comment