Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaya, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah Kesultanan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Poa Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama di dalam menghadapi musuh. Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang).
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan Samarenda atau lama-kelamaan ejaan Samarinda.
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1988.
Pembentukan Pemerintah Kota Samarinda didasarkan pada UU Nomor 27 tahun 1959. berdasarkan PP 21 tahun 1987 kota Samarinda terbagi menjadi 4 (empat) kecamatan dan tahun 1997 dimekarkan menjadi 6 kecamatan dan tahun 1997 dimekarkan menjadi 6 kecamatan dan 42 kelurahan. Berdasarkan Perda kota Samarinda nomor 01 tahun 2006 tentang pembentukan kelurahan dalam wilayah kota Samarinda dan berdasarkan peraturan walikota Samarinda Nomor 10 tahun 2006 tentang penetapan 11 kelurahan baru hasil dari pemecahan/pemekaran dalam wilayah kota Samarinda, dengan demikian berdasarkan pasal 3 peraturan walikota nomor: 10 tahun 2006 jumlah kelurahan dalam wilayah kota Samarinda setelah pemekaran menjadi 53 kelurahan. Dan sampai saat ini kota Samarinda telah dipimpin oleh beberapa orang walikota dan wakil walikota.
Letak Geografis
Kota Samarinda mencakup wilayah seluas 71.800 Ha atau 718 Km2. Kota Samarinda secara astronomis terletak pada posisi antara 117°03'00" - 117°18'14" Bujur Timur dan 00°19'02" - 00°42'34" Lintang Selatan.
Batas Wilayah Administrasi
Kota Samarinda secara administratif memiliki 6 kecamatan yakni Kecamatan Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda Seberang, Sungai Kunjang, Samarinda Ulu dan Samarinda Utara, serta terdiri atas 53 kelurahan. Batas wilayah Kota Samarinda adalah:
- Sebelah Utara: Kec. Muara Badak Kabupaten Kukar
- Sebelah Timur: Kecamatan Anggana dan Sanga-Sanga (Kab Kukar)
- Sebelah Selatan: Kec Loa Janan .Kab Kutai Kartenegara
- Sebelah Barat: Kec. Muara Badak Tenggarong Seberang (Kab Kukar)
Topografi
Ketinggian Kota Samarinda berada di antara 0-200 m dpl (di atas permukaan laut). Sebesar 294.86 Km2 wilayah Kota Samarinda berada pada ketinggian 7-25 m dpl dengan persentase sebesar 41.07 % dari seluruh wilayah Kota Samarinda. Hampir 32.45 % berada pada ketinggian 25-100 m dpl, dan sebesar 24.15 % pada ketinggian 0-7 m dpl.
Kemiringan
Berdasarkan kemiringan, maka wilayah Kota Samarinda terbagi dalam:
Luas Kota Samarinda Menurut Kemiringan
NO | KEMIRINGAN (%) | LUAS (KM2) | PERSENTASE (%) |
| TOTAL | 718.00 | 100.00 |
1 | 0-2 | 259,87 | 36,19 |
2 | 3-14 | 182,75 | 25,45 |
3 | 15-39 | 178,60 | 24,87 |
4 | 40-59 | 72,05 | 10,04 |
5 | > 60 | 24,73 | 3,44 |
Wilayah Kota Samarinda secara keseluruhan berada pada kemiringan 0-60 %, walaupun ada beberapa wilayah yang berada pada kemiringan di atas 60 %. Kemiringan wilayah Kota Samarinda mayoritas berada pada 0-2 % dengan persentase 36.19 % seluas 259.87 Km2. Sebesar 182.75 Km2 berada pada kemiringan 3-14 % dan beberapa wilayah seluas 24.73 Km2 berada pada kemiringan di atas 60 %.
Fisiografi
Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan bumi dipandang dari faktor dan proses pembentukannya. Proses pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai penciri suatu satuan fisiografi.
Pembagian bentuk permukaan bumi berdasarkan tipe fisiografinya dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan memudahkan dalam perencanaan penggunaan tanah sehubungan dengan perencanaan pengembangan daerah.
Ditinjau dari fisiografinya, wilayah Kota Samarinda dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh) deskripsi masing-masing satuan fisiografi tersebut adalah sebagai berikut :
- Daerah patahan yakni patahan menurun dan kasar, dengan permukaan yang besar dengan kemiringan tanah sangat bervariasi. Daerah patahan di Kota Samarinda seluas 295.26 Km2 dengan persentase 41.12 %, merupakan daerah terluas di Kota Samarinda.
- Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah di tepi pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter.
- Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan, baik di daerah muara maupun daerah pedalaman. Kota Samarinda memiliki daerah alluvial seluas 94.79 Km2 atau 13.20 % dari luas Kota Samarinda.
- Daerah berombak/bergelombang yakni daerah dengan konfigurasi medan berat ditandai dengan penyebaran daerah perbukitan 8.15 %. Daerah berombak di Kota Samarinda seluas 96.36 Km2, sedangkan daerah bergelombang seluas 15.27 Km2.
- Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, variasi lereng 2 sampai 15.94 % dengan beda ketinggian kurang dari 50 meter. Kota Samarinda memiliki daerah dataran yang cukup luas setelah daerah patahan, yaitu seluas 105.24 Km2 atau sebesar 14.66 %
- Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, system punggung sedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase radial. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung, variasi lereng 16 sampai 60 %, dengan beda ketinggian antara 50 sampai 150 meter. Daerah berbukit merupakan daerah yang paling jarang ditemui di Kota Samarinda karena hanya seluas 6.34 Km2 atau sebesar 0.88 % dari wilayah Kota Samarinda.
- Daerah sungai (river). Daerah ini berfungsi sebagai daerah reterdam, daerah pengendali atau waterponds.
Tujuh satuan fisiografi yang terdapat di Kota Samarinda disajikan dalam diagram berikut :
Geologi
Struktur geologi di wilayah Kota Samarinda diketahui berdasarkan hasil survey dan atau pemetaan geologi yang dimuat dalam buku "Geology of Indonesia, Volume IA". Oleh R.W. Van Bemmelen, 1949, pada umumnya berumur Praktertier hingga Kwarter.
Beberapa formasi geologi yang terdapat diwilayah Kota Samarinda diantaranya adalah
Luas masing-masing Formasi Geologi di Wilayah Kota Samarinda.
NO | FORMASI | LUAS (KM2) | % |
| JUMLAH | 718.00 | 100 |
1 | Kampung Baru Beds | 113.14 | 15.76 |
2 | Balikpapan Beds | 339.53 | 47,29 |
3 | Pulau Balang Beds | 169.77 | 23.64 |
4 | Pemaluan Beds | 95.56 | 13.31 |
Hidrologi
Berdasarkan kondisi hidrologinya Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 daerah aliran sungai (DAS). Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda dengan lebar antara 300 - 500 meter, sungai - sungai lainnya adalah anak-anak sungai yang bermuara di Sungai Mahakam yang meliputi :
- Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60Km2
- Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km2
- Anak sungai lainnya antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan Sungai Bantuas.
Jenis Tanah
Sesuai dengan kondisi iklim di Kota Samarinda yang tergolong dalam tipe iklim tropika humida, maka jenis-jenis tanah yang terdapat di daerah inipun tergolong ke dalam tanah yang bereaksi masam.
Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kota Samarinda, menurut Soil Taxanomy USDA tergolong kedalam jenis tanah: Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptiols dan Mollisol atau bila menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah: Podsolik, Alluvial, Organosol.
Ciri dan sifat tanah-tanah Podsolik (Ultisol) biasanya ditandai dengan:
- Pencucian yang intensif terhadap basa-basa, sehingga tanah bereaksi masam dan dengan kejenuhan basa yang rendah.
- Karena suhu yang cukup tinggi dan pencucian yang berlangsung terus menerus mengakibatkan pelapukan terhadap mineral liat sekunder dan oksida-oksidanya.
- Terjadi pencucian liat di lapisan atas (eluviasi) dan penimbunan liat di lapisan bawahnya (illuviasi).
Tanah Podsolik (Ultisol) merupakan jenis tanah yang arealnya terluas di Kota Samarinda dan masih tersedia untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Persediaan air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan yang tinggi. Penggunaan tanah dari jenis tanah ini sebagai daerah pertanian, biasanya memungkinkan produksi yang baik pada beberapa tahun pertama selama unsur-unsur hara dipermukaan belum habis melalui proses biocycle.
Pada dasarnya jenis-jenis tanah di Kota Samarinda (menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dan Padanannya menurut Soil Taxanomy) terdiri dari:
Penggunaan Tanah
Pola penggunaan tanah di Kota Samarinda mengikuti pola penyebaran penduduk yang ada. Akumulasi penduduk sebagai besar terdapat pada lokasi-lokasi yang dikembangkan oleh Pemerintah seperti: Pusat Perdagangan, Pusat Industri dan lokasi Transmigrasi dimana daerah-daerah tersebut sudah mempunyai transportasi yang memadai.
Penggunaan Tanah di Kota Samarinda yang paling luas adalah lahan bukan sawah sebesar 39.338 ha atau 54.79 % dari luas Kota Samarinda, diikuti rumah bangunan dan halaman sekitar sebesar 22.896 ha atau 31.89 %.
Untuk mengetahui penggunaan lahan lebih jelasnya pada tabel berikut:
Perkembangan Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Kota Samarinda Tahun 2007-2009
NO | PENGGUNAAN TANAH | LUAS(HA) |
2007 | 2008 | 2009 |
| JUMLAH | 71.800 | 71.800 | 71.800 |
I | Lahan Pertanian | 37,985 | 34,659 | 35,242 |
| 1.1 Lahan Sawah | 8,753 | 8,089 | 8,021 |
| A. Irigasi Teknis | - | - | - |
| B. Irigasi Setengah Teknis | 511 | 611 | 438 |
| C. Irigasi Sederhana | 1,120 | 640 | 184 |
| D. Irigasi Desa / non PU | 175 | 64 | 108 |
| E. Tadah Hujan | 337 | 2,511 | 2,049 |
| F. Pasang Surut | 35 | - | - |
| G. Lebak | - | - | - |
| H. Lainnya (Polder, Rembesan, dll) | - | - | 1,465 |
| I. Tidak ditanami Padi | 2,467 | 2,771 | - |
| J. Sementara tidak Diusahakan | 4,108 | 1,492 | 3,777 |
| 1.2 Lahan Bukan Sawah | 29,232 | 26,570 | 27,221 |
| A. Tegal / Kebun | 5,524 | 4,411 | 4,238 |
| B. Ladang / Huma | 3,120 | 2,220 | 2,539 |
| C. Perkebunan | 4,641 | 6,603 | 6,592 |
| D. Ditanami Pohon atau Hutan Rakyat | 2,366 | 1,980 | 6,744 |
| E. Tambak | 18 | 18 | 18 |
| F. Kolam / Tebat / Empang | 79 | 79 | 93 |
| G. Penggembalaan / Padang Rumput | 79 | 79 | 93 |
| H. Sementara Tidak Diusahakan | 11,973 | 9,558 | 3,845 |
| I. Lainnya (Pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll) | 1,061 | 1,269 | 2,737 |
II | Lahan Bukan Pertanian | 33,815 | 37,141 | 36,558 |
| 2.1 Rumah Bangunan dan Halaman Sekitarnya | 26,050 | 27,234 | 24,502 |
| 2.2 Hutan Negara | - | 975 | 975 |
| 2.3 Rawa-rawa tidak ditanami | 357 | 432 | 365 |
| 2.4 Lainnya (Jalan, Sungai, Danau, Lahan Tandus, dll) | 7,408 | 8,500 | 10,716 |
Penggunaan tanah di Kota Samarinda yang paling luas adalah lahan bukan sawah sebesar 393.38 Km2 atau 54.79 % dari luas Kota Samarinda, sedangkan rumah bangunan & halaman sekitar sebesar 228.96 Km2 atau 31.89 %.