Dinamika kuliner Indonesia terus berkembang seiring kemajuan zaman. Berbagai menu baru terus bermunculan seturut tren. Namun kuliner lama tak begitu saja tumbang. Racikan para pelaku bisnis kuliner tempo dulu terbukti masih banyak diminati. Pelanggan setia pun datang silih berganti.
Menjaga kualitas dan keaslian, itu kata kunci sukses mereka bertahan. Bagi pemilik kuliner legendaris, iklan paling baik adalah rekomendasi pelanggan yang puas. VIVAlife mencoba menyusuri sejumlah kuliner legendaris yang masih eksis di Jakarta hingga hari ini. Dari sekian banyak, berikut lima kuliner tempo dulu yang terbilang populer.
1. Soto Betawi H. Ma'ruf
Di dalam kawasan Taman Ismail Marzuki, berjajar rumah makan dengan berbagai menu andalan. Namun, ada satu rumah makan cukup menarik perhatian. Kedai itu berdiri di sebuah bangunan tua, dengan dinding bercat putih. Di atas pintunya terpampang tulisan Rumah Makan Betawi Soto H. Ma’ruf. Bagi warga ibukota, nama ini begitu melegenda. Utamanya untuk urusan soto betawi.
Semangkuk kuah santan berbumbu isi daging sapi ditambah emping dan irisan tomat. Siapa bisa menolak kelezatan kuliner khas Betawi satu ini? Rasa gurih dan nikmat Soto Betawi H. Ma’ruf membuatnya punya penggemar dari berbagai kalangan. Mulai dari pejabat, tokoh politik, mantan Presiden Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), hingga keluarga Cendana pernah mencicipinya.
Bisnis Soto Betawi H. Ma’ruf dirintis oleh pria asal Betawi, H. Ma’ruf pada tahun 1940-an. Saat itu, ia menjajakan soto keluar masuk kampung dengan cara dipikul. Ketika tentara Jepang menduduki Indonesia, dan perang yang berkecamuk, H. Ma’ruf pun sempat berhenti berdagang. Ia baru kembali meneruskan bisnisnya pada 1946, dengan berjualan di pasar Boplo atau pasar Gondangdia.
Tak lama, H. Ma’ruf mendirikan warung soto Betawi pertamanya di dekat Kantor Imigrasi, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Setelah sempat beberapa kali pindah, akhirnya dagangan soto Betawi tersebut menetap di areal Taman Ismail Marzuki hingga saat ini.
Sekarang, bisnis tersebut diteruskan oleh putranya, Muchlis Ma'ruf yang mengaku ingin melestarikan kebudayaan sang leluhur. "'Kebudayaan' itu adalah kata kerja. Untuk melestarikannya, kita harus bekerja dan berusaha," ucap Muchlis yang memiliki dua cabang Soto Betawi H. Ma’ruf lainnya di Jakarta.
Soto Betawi H. Ma'ruf
Taman Ismail Marzuki
Jl. Cikini Raya 73
Jakarta Pusat
Telp: 021 348817
Buka: Setiap hari 09.00 WIB - 22.00 WIB
Harga:
Soto Betawi: Rp26 ribu per mangkuk
Sate: Rp18 ribu per sepuluh tusuk
2. Mie Ayam Gondangdia
Mie adalah jenis kuliner asal China yang begitu populer di seluruh penjuru dunia. Di negara asalnya, mie adalah hidangan tradisional yang disajikan saat seseorang berulang tahun. Ia juga salah satu simbol pengharapan akan umur panjang. Di Indonesia, kedai yang menyajikan mie ayam legendaris salah satunya adalah Mie Ayam Gondangdia.
Terletak di salah satu kawasan elite Jakarta, kuliner legendaris ini biasa disebut Godila atau Gondangdia Lama sesuai nama jalan sebelum berganti nama menjadi Jalan R.P. Soeroso. Kelezatan mie ayam ini juga banyak menarik para pesohor Tanah Air, seperti Alyssa Soebandono, Limbad, Ruhut Sitompul, dan Tantri ‘Kotak’.
Mie Ayam Gondangdia didirikan oleh Toe Wah Seng pada 1968. Saat ini usaha mie ayam itu dikelola oleh generasi ketiga sang pendiri, yaitu Rino Chandika. Menu andalan kedai ini tentu saja mie ayamnya yang terkenal. Terbuat dari mie buatan rumah dengan cita rasa yang gurih dan bertekstur kenyal. Mie yang tersedia biasa dinikmati dengan daging ayam, daun sawi, bakso, pangsit rebus dan kuah kaldu.
Semenjak berdiri hingga saat ini, tak banyak yang berubah dari kedai mie itu. Hanya penambahan ruang ber-AC dengan kapasitas kurang lebih 36 orang untuk menampung para pengunjung yang menyerbu ke sana setiap jam makan setiap hari. "Jam makan siang biasanya ramai, terutama saat akhir pekan pengunjung juga ramai. Bahkan harus antre," ucap Rino kepada VIVAlife di sela-sela pekerjaannya mengurus kedai mie ayam itu.
Menurut Rino, kebanyakan pengunjung yang datang adalah mereka yang telah menjadi langganan sejak kedai ini pertama kali buka. Biasanya mereka datang bersama keluarga dan kerabat sehingga kelezatan mie ini tersiar turun temurun. Hingga saat ini, Mie Ayam Gondangdia punya tujuh cabang yang tersebar di Jabodetabek.
Mie Ayam Gondangdia
Jl. R.P. Soeroso No. 36
Jakarta Pusat
Telp. (021) 31926765
Buka: Setiap hari pukul 09.00 WIB - 22.00 WIB
Range Harga:
Makanan: Rp15.000-Rp65.000
Minuman: Rp2.000-Rp20.000
3. Es Krim Baltic
Di Jakarta ada merek es krim yang melegenda. Namanya es krim Baltic. Es krim ini sudah lumer di lidah warga Jakarta sejak tahun 1939. Namanya juga unik, Baltic. Sang pendiri kedai es krim itu memungut nama Baltic dari nama sebuah laut di daerah kutub, yang selalu mengalami musim beku sepanjang tahun.
Berbeda dengan es krim lain, Es Krim Baltic memakai bahan baku alami, dan lebih banyak menggunakan susu sapi murni sehingga hasil es krimnya tidak cepat lumer dan memiliki tekstur lembut. Es Krim Baltic juga tidak memakai pengawet sehingga lebih terasa segar.
"Menurut para pengunjung, es krim kami rasanya sangat khas, teksturnya juga lebih pekat dan tidak membuat cepat eneg," ucap Pedro, sang pemilik yang ditemui di kedai es krimnya.
Cara penyajian esk krim ini juga klasik. Es krim ini ditaruh dalam cup, begitulah caranya sejak kedai ini mulai dibuka pada zaman kolonial. Hingga saat ini, Es Krim Baltic telah memiliki sederet varian es krim dengan begitu banyak pilihan rasa antara lain cokelat, vanila, stroberi, peppermint, rum raisin, blueberry, alpukat, kopyor.
"Awalnya Ayah saya mendirikan usaha es krim ini bersama salah seorang koleganya. Mereka memilih es krim karena sangat disukai oleh berbagai kalangan dari anak-anak hingga orang tua," ujarnya.
Es Krim Baltic
Jl. Kramat Raya No. 10-12
Senen, Jakarta Pusat 10420
Telp. (021) 3501805/3906409
Buka: Setiap hari pukul 09.00 WIB - 17.00 WIB
Range Harga: Rp3.900-Rp42.000 (Harga Tart Ice Cream sesuai diameternya)
4. Warung Tinggi Coffee
Sebagai negara penghasil kopi, budaya ngopi tentunya sangat melekat di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Semakin banyak kedai kopi lokal maupun internasional yang menjamur di kota-kota besar terutama Jakarta, tak lantas membuat kedai kopi yang satu ini berkecil hati.
Inilah kedai kopi yang disebut-sebut tertua saat ini di Jakarta, dan mungkin di Indonesia. Ia bernama Warung Tinggi. Bisnis kopi oleh kedai itu telah dilakukan turun temurun hingga beberapa generasi sejak 1878. “Awal mulanya bisnis keluarga saya bukan hanya warung kopi, tapi juga warung nasi. Bahkan dulu juga adalah warung kelontong yang menjual barang-barang keperluan rumah tangga," ujar sang pemilik, Rudi Widjaja berkisah.
Warung tersebut didirikan oleh Liauw Tek Soen dan terletak di jalan Moolen Vhiet Oost (Batavia) yang sekarang menjadi Jalan Hayam Wuruk, Jakarta. Tahun 1927, warung dibangun besar-besaran, dan mulai terkenal dengan minuman kopinya. Karena letak daerahnya yang agak tinggi, pelanggan yang kebanyakan petani menyebut warung ini dengan sebutan Warung Tinggi.
Setelah selama ini hanya menjual satu jenis kopi, Warung Tinggi mulai berkembang dan di tahun 1938 mulai menambah jenis kopi lainnya yang diracik sendiri oleh Liauw Thian Djie, generasi ketiga pemiliki warung ini. Kopi pertama yang diracik adalah kopi luwak kemudian bertambah jenis racikan yaitu Torabica (sekarang dikenal dengan Rajabika), Arabica Spesial, Arabica Super dan Robusta. Di tahun 1978, warung tinggi dikelola oleh generasi keempat bernama Liauw Hiong Yan atau Rudy Widjaja. "Ketika melanjutkan bisnis ini, saya menambah beberapa jenis racikan yakni Kopi Jantan dan Kopi Betina," ujar Rudy.
Kopi Jantan, kata Rudy, lebih disukai oleh para pria karena rasa yang sangat keras dan efeknya yang meningkatkan vitalitas. Sedangkan Kopi Betina lebih banyak disukai anak muda. Sejak 1998 hingga saat ini, Warung Tinggi dikelola oleh generasi kelima, yaitu Angelica Widjaja. Di tangannya, warung ini kian dikenal, dan mampu menembus pasar seperti supermarket,
hotel dan perkantoran. Warung Tinggi juga menambah jalur usahanya dengan ekspor ke Jepang dan Amerika Serikat.
Saat ini, Warung Tinggi tidak membuka kedai kopi besar karena kebanyakan pembelinya membeli kopi-kopi racikan warung ini dalam jumlah besar. Dari seluruh Indonesia, sebanyak 200 jenis kopi yang dipilih dan diracik untuk menghasilkan beberapa jenis racikan kopi khas Warung Tinggi. Saat ini terdapat delapan jenis racikan yang tercipta setelah dilakukan penyesuaian cita rasa dan keasamannya.
Warung Tinggi Coffee
Jl. Sekolah Tangki No. 26
Hayam Wuruk, Jakarta Barat 11170
Telp. (021) 6256843/6256875
Buka: Setiap hari pukul 09.00 WIB - 15.00 WIB
5. Roti Tan Ek Tjoan
Walaupun bukan makanan pokok Indonesia, roti memang memiliki penggemarnya tersendiri. Di Jakarta, ada satu toko roti yang telah berumur puluhan tahun. Tan Ek Tjoan namanya. Toko roti yang diambil dari nama pendirinya ini telah berdiri sejak 1921.
Ketika berkesempatan menyambangi pabrik tersebut, VIVAlife langsung mencium aroma roti yang harum saat akan memasuki pabrik. Terdiri dari beberapa ruangan, pabrik itu berisi meja-meja alumunium berukuran panjang dan mesin-mesin pengulen serta mesin rolling. "Untuk roti tawar, adonan harus diaduk selama kurang lebih 20 menit, sedangkan untuk roti manis kurang lebih selama 30 menit," ucap Deden Herman, Kepala Produksi pabrik roti tersebut.
Walaupun pertama kali didirikan di Bogor, Jawa Barat, pabrik dan toko roti ini menetap di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Sejak dahulu sampai sekarang, para pedagang keliling tetap menjajakan roti-roti Tan Ek Tjoan dengan gerobak. Setiap paginya, para pedagang ini berangkat dari pabrik ke sekujur Jakarta untuk memasarkan roti. Kini, Tan Ek Tjoan masih mempertahankan kualitas rotinya yang tebal, padat dan tak terlalu lembut. Roti itu juga tak kenal bahan pengawet, agar tetap segar dan bercita rasa alami.
Tokonya sendiri berdiri di bagian depan pabriknya. Dari pagi hari, roti-roti yang baru matang sudah berderet di bufet. Roti-roti itu memiliki varian rasa seperti nougat, gambang, cokelat poles, nanas, mocca, pisang dan sebagainya. Yang paling digemari roti bimbam, semacam roti sobek manis tanpa isi. Roti lain yang digemari yakni roti yang adonannya ditambahkan gula jawa dan kayu manis. Anda bisa menikmati roti itu di kedai Tan, atau dibawa pulang.
Saat ini, roti Tak Ek Tjoan masih ditunggu banyak pelanggan setia. "Saya langganan sejak kecil karena eyang saya juga langganan dari dahulu," ucap Lily, salah seorang pelanggan Tan Ek Tjoan kepada VIVAlife.
Toko Roti Tan Ek Tjoan
Jl. Cikini Raya No. 61
Menteng, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3142570
Range Harga: Rp5.000-Rp10.000
(np)