Temuan ini berawal ketika seorang pria di Boston menerima dua pesan SMS dari istrinya yang sedang hamil 3 bulan, berisi kalimat-kalimat yang membingungkan karena banyak terjadi kesalahan dalam pengetikan. Istri pria tersebut bukanlah seseorang yang ceroboh, sehingga kesalahan penulisan sebanyak itu terasa janggal baginya.
Akhirnya pria tersebut meminta istrinya melakukan tes kesehatan di rumah sakit. Pasangan tersebut terkejut ketika dokter menyatakan bahwa sang istri mengalami tanda-tanda gejala stroke, termasuk disorientasi, ketidakmampuan untuk menggunakan lengan kanan dan kakinya dengan benar, dan sedikit kesulitan berbicara.
Diagnosis ini dikonfirmasi melalui scan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan dokter segera memberikan terapi pengobatan yang dibutuhkan sang istri, hingga akhirnya terbebas dari stroke dan kondisi bayinya pun selamat.
Kasus ini dilaporkan oleh 3 orang dokter dari Boston Harvard Medical School dalam jurnal Archives of Neurology, seperti dilansir mnn, Jumat (28/12/2012).
"Catatan digital kemungkinan akan menjadi sarana yang penting untuk mengidentifikasi penyakit neurologis, terutama pada orang yang lebih mengandalkan komunikasi tertulis seperti sms, chatting, dan media sosial lain daripada komunikasi lisan" kata penulis penelitian.
Peneliti telah menetapkan bahwa hal ini disebut dengan dystextia. Dystextia mirip dengan aphasia, sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan dalam mengolah bahasa, baik itu yang dikatakan atau ditulis, yang seringkali menjadi tanda-tanda stroke.
sumber
0 komentar:
Post a Comment